Sangihe: The Beauty of Hidden Paradise in Northern Indonesia




“Di Kepulauan Sangihe, kita bisa saja mematahkan kompas, mengangkat jangkar, lalu membiarkan perahu dibawa ombak. Di pulau manapun terdampar, kita akan mendapati pantai berpasir putih dan laut kehijauan. Pantai-pantai inilah yang mengilhami Jan Albert Tatengkeng menulis puisi-puisinya hampir seabad yang lalu” (Majalah Tempo, Edisi khusus I, November, 2015:59).


Prolog
Tak dipungkiri, jika berbicara tentang wisata Indonesia mungkin yang pertama kali terlintas dalam pikiran adalah Bali, salah satu destinasi terbaik di dunia yang kepopulerannya bahkan mengalahkan nama Indonesia sendiri. 


Beberapa wisatawan mancanegara yang pernah diwawancarai oleh media mengaku lebih mengenal Bali dari pada Indonesia. Tak jarang mereka bertanya “Apakah Indonesia berada di Bali?”. Inilah salah satu fakta yang kemudian menjadi pelecut bagi pemerintah Indonesia untuk mengenjot promosi wisata lainnya secara besar-besaran. 

Pemerintah tentu ingin menunjukan bahwa wisata Indonesia tidak hanya Bali. Negeri yang dijuluki tanah surga ini punya ribuan pulau indah lainnya yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote. Pulau-pulau yang menjadi rumah bagi ratusan suku bangsa dengan adat dan budaya yang tak kalah mengagumkan. Untuk itu, sejak tahun 2016 pemerintahan Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Pariwisata membuat kebijakan ‘10 Bali Baru’[1] .

Jika orang bilang Indonesia tanah surga, maka itu adalah surga yang besar. Di dalamnya terdapat surga-surga kecil yang sebagian sudah sangat sangat dikenal dan dikelola dengan baik, seperti Bali, Lombok dan Yogyakarta, namun sebagian lagi masih kurang dikenal dengan pengelolaan seadanya. Surga yang belum dikenal tersebut seringkali disebut dengan surga tersembunyi. 

Slogan Wonderful Indonesia
Sejatinya kata Wonderful Indonesia dicipta untuk mengajak kita mengenal wisata Indonesia secara luas, baik wilayahnya maupun jenis kegiatan wisatanya. Maka melalui kesempatan ini, tidak salah jika kita lupakan sejenak tentang Pulau Bali yang telah populer atau ‘10 Bali Baru’ yang sedang dikelola dengan serius oleh pemerintah. Saatnya melayangkan pandangan ke daerah terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Filipina, yaitu Kepulauan Sangihe. Daerah yang layak disebut ‘surga tersembunyi’ dan berperan sebagai beranda negeri di ujung utara jauh. 


Sejuta Pesona Kepulauan Sangihe
Kepulauan Sangihe termasuk ke dalam wilayah Sulawesi Utara yang sebelah barat berbatasan Kepulauan Talaud dan Samudera Pasifik serta sebelah utara dengan Kepulauan Filipina Selatan. Kepulauan ini berjarak sekitar 300 Km dari Kota Manado sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Utara dan dapat ditempuh selama 45 menit dengan pesawat terbang atau 7-12 jam kapal laut. Jarak yang begitu jauh dan dibatasi laut luas membuat Sangihe hari ini belum dikenal publik.

 Padahal daerah yang terdiri atas 90-an pulau ini memiliki potensi sumber daya alam yang berlimpah. Sangihe tercatat sebagai salah satu penghasil ikan laut dan kelapa terbesar di Indonesia (BPS Kabupaten Kepulauan Sangihe, 2015). Dalam konteks pengembangan pariwisata, Kepulauan Sangihe adalah daerah dengan sejuta potensi wisata yang siap mendunia.
 
PUSTEK UGM
Sangir Besar adalah nama pulau terbesar di Kepulauan Sangihe dengan lebar hanya 10 kilometer (Tajudin, 2015:64). Pulau ini memiliki karakteristik alam mulai dari gunung api yang masih aktif (Gunung Awu), dataran tinggi hingga pesisir dengan pantai-pantai dan teluk yang indah. Kondisi alam seperti ini membuat pemandangan di Sangir Besar begitu lengkap dan memanjakan mata. Dari Gunung Awu kita bisa melihat jelas pulau-pulau kecil terhampar di tengah laut biru, mendengar deburan ombak dan melihat nelayan yang beraktivitas di pantai pasir putih.

Anugerah lain yang dimiliki Pulau Sangir Besar adalah teluk-teluk indah yang sejak abad pertengahan masehi telah dimanfaatkan masyarakat lokal maupun kapal asing sebagai pelabuhan alami (Kurnia, 2017:7). Salah satu diantaranya adalah Teluk Tahuna, yang berfungsi sebagai pelabuhan utama dan menjadi lokasi berdirinya Kota Tahuna sebagai ibu kota Kabupaten Kepulauan Sangihe. 

Jika dilihat dari puncak tinggi, kawasan Teluk Tahuna menyajikan pemandangan yang berbeda pada malam hari. Semarak lampu Kota Tahuna, hamparan laut biru dan perbukitan hijau yang mengelilingi, memberikan kesan modern dan eskotis. Pernahkah kita menduga bahwa kepulauan terluar Indonesia yang dikelilingi lautan luas memiliki pemandangan seperti ini? Sangihe juga memiliki pulau-pulau kecil nan menawan, seperti Pulau Bebalang, Batunderang, Dakupang-Mandaku di bagian selatan dan Pulau Bukide di bagian utara. Pulau-pulau ini adalah rumah bagi kelompok-kelompok kecil masyarakat yang hampir semua bekerja sebagai nelayan. 


  
Kearifan Lokal
Kondisi geografis Kepulauan Sangihe yang berada di antara dua lempeng aktif, yakni Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia menyebabkan wilayah ini sering dilanda gempa bumi dan gelombang besar (BPS Kabupaten Kepulauan Sangihe, 2015). Namun, hal tersebut bukanlah ancaman yang menimbulkan ketakutan berlebihan bagi masyarakat Sangihe, justru menciptakan kearifan lokal yang membuat mereka semakin dekat dengan Tuhan dan menghormati alam sepenuh jiwanya.

Dalam aturan adat masyarakat pulau, menangkap ikan hanya diperbolehkan pada pagi dan malam hari. Selain kedua watu itu  tidak diperbolehkan, karena mereka menyakini ikan perlu dilestrarikan dengan memberikan waktu untuk bertelur. Penghormatan kepada laut juga terlihat dari penggunaan bahasa masyarakat Sangihe bahwa di laut mereka tidak boleh berbicara kasar melainkan menggunakan kata-kata yang halus. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk penghormatan pada Mawendo, penguasa laut dalam kepercayaan lokal Sangihe. 



Hidup di pulau-pulau kecil yang penuh resiko juga membuat masyarakat Sangihe begitu menjaga persatuan dan kesatuannya. Hampir segala kegiatan atau acara dilakukan secara gotong royong mulai dari menangkap ikan, beribadah, pesta kematian hingga hiburan (Tajudin, 2015:62). Bagi masyarakat Sangihe, kesusahan seorang adalah kesusahan semuanya dan sebaliknya kesenangan seorang juga kesenangan semuanya.

Sebagaimana halnya masyarakat lainnya di daerah timur dan kepulauan, masyarakat Sangihe memiliki tradisi hiburan yang kuat. Suatu pemandangan umum bahwa anak-anak, orang tua hingga kakek nenek di Sangihe memiliki keahlian bermain musik, menari atau bernyanyi. Hiburan biasanya dilakukan di dalam gareja, pantai, rumah dan warung. Akan tetapi di antara tempat itu semua, pantai adalah tempat terbaik dan yang paling syahdu. Di pantai masyarakat Sangihe akan menghibur diri dan mengungkapkan segala rasa. Bernyanyi tentang kecintaan meraka pada tanah sangir, tentang laut sebagai sumber kehidupan dan tentang kerinduan pada keluarga atau kekasih di pulau nan jauh.

Surga Bawah Laut
Keindahan Sangihe tidak hanya dapat dilihat di daratan tapi juga dapat dirasakan dengan menyelami bawah lautnya. Kearifan lokal masyarakat Sangihe dalam menjaga laut berdampak pada kelestarian terumbu karang dan spesies ikan. Hal ini menjadi potensi besar dalam pengembangan wisata selam ke depannya. Kepulauan Sangihe juga memiliki Gunung api aktif di bawah laut, yaitu Gunung Api Karangetang.   


Di lokasi ini, kita dapat menyelam sambil merasakan gelembung air laut yang dihasilkan oleh Gunung Api Karangetang (Tajudin, 2015). Surga bawah laut Sangihe juga dapat dinikmati dengan menyelami sisa-sisa tinggalan Perang Dunia II berupa bangkai kapal milik Jepang di Teluk Tahuna. Kapal karam yang memiliki ukuran 40 m, tinggi 5 m dan lebar 7 meter itu telah tenggelam selama 75 tahun dan kini menjadi rumah bagi ribuan ikan cantik dan terumbu karang (Kurnia dkk, 2017:10). Dari semua potensi ini, potensi wisata selam di Sangihe memiliki keunggulan tersendiri sehingga sangat menjanjikan dan layak untuk dikembangkan ke depannya. 
 
Epilog
Mengutip dari website Kemenpar.go.id, slogan Wonderful Indonesia sejatinya mengajak dunia untuk menikmati keindahan Indonesia secara luas. Tidak hanya Bali, Yogyakarta, Lombok atau daerah lain yang telah populer tapi juga daerah yang memiliki keindahan tak kalah mengagumkan namun belum dikenal luas. 

Slogan Wonderful Indonesia juga mengajak dunia untuk menikmati keindahan sejati Indonesia, yang akan mengisi kalbu, memperkaya rasa dan hati. Maka untuk mencapai tujuan itu sepenuhnya, eksplorasi dan mengenalkan daerah kepulauan di wilayah terluar Indonesia seperti Kepulauan Sangihe adalah salah satu langkah yang perlu dilakukan. Daerah-daerah dengan pesona alam dan budayanya yang berbeda serta kehidupan masyarakatnya yang menawarkan  pengalaman baru. 
 
PUSTEK UGM
Langkah ini semakin perlu dilakukan karena sejalan dengan gagasan Presiden Joko Widodo yang ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Presiden menginstruksikan segala pembangunan pada aspek kemaritiman perlu ditingkatkan salah satunya adalah wisata bahari di daerah Kepulauan. Orientasi pembangunan yang selama ini terpusat di Pulau Jawa dan kota-kota besar perlu diubah dengan konsep membangun dari pinggiran, yaitu dari desa-desa, daerah perbatasan dan terluar.

Di masa mendatang, Kepulauan Sangihe dengan segala  potensi wisatanya perlu dikembangkan dengan baik berdasarkan prinsip pariwisata berkelanjutan. Prinsip pariwisata berkelanjutan dapat dijabarkan secara singkat dengan melibatkan masyarakat Sangihe secara masif dan membuat konsep wisata yang terpadu antara wisata alam, budaya serta wisata lainnya. Dengan prinsip pariwisata yang berkelanjutan industri pariwisata di Sangihe tidak akan hanya berdampak pada peningkatan ekonomi namun juga akan mampu melestarikan alam dan budaya lokal (Kurnia dkk, 2016:21-23).
 

Oleh: Sultan Kurnia A.B
email:
sultan.kurnia@mail.ugm.ac.id

[1] 10 Bali Baru adalah istilah untuk kebijakan pemerintah dalam mengembangkan 10 destinasi wisata di Indonesia agar mampu menjadi destinasi unggulan sepertihalnya Bali.  Kesepuluh destinasi tersebut adalah Danau Toba, Belitung, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Candi Borobudur, Mandalika Lombok, Pulau Komodo, Taman Nasional Wakatobi, dan Morotai  (Marsela, 2016:8-10)

Daftar Pustaka
Kurnia, Sultan. A.B., Dhoni, Muslim. D. K., dkk. 2017. “Kapal Karam di Teluk Tahuna Kabupaten Kepulauan Snagihe, Sulawesi Utara” dalam Laporan Penelitian UGM Maritime Culture Expedition 2017. Yogyakarta: Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada.
Kurnia, Sultan. A.B., Rozamuri, M.F., Adi, R.R., 2016. MANGSEL: Strategi Pengembangan Pariwisata Bahari Terpadu di Daerah Perbatasan Berbasis Masyarakat dalam Call for Paper Tourism Day 2016. Yogyakarta: Jurusan Pariwisata Universitas Gadjah Mada.
Tajudin, Qaris, 2015. “Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara, Bahasa Samudera” dalam Majalah Tempo Edisi khusus Cerita Dari Laut, 16-22 November 2015.
Tim penyusun. 2016. 10 Bali Baru, Wisata Semakin Seru dalam Marsela, Edisi 2, Tahun 2016. Majalah Sekretariat Wakil Presiden.
Sumber Internet
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Sangihe 2015 dalam https://sangihekab.bps.go.id
 

Comments

Popular Posts