PENDAKIAN KITO DI GUNUNG MERBABU
Part I.
Perjalanan masih cukup jauh,berangkat
dari Yogyakarta pukul 01.30 wib, dengan 5 sepeda motor hingga kini kira-kira
03.00 kami baru keluar dari daerah Istimewa Yogyakarta. Gerbang tinggi setengah
lingkaran, didominasi warna coklat keemasan dan di hiasi ukiran- khas jawa yang
bertuliskan “Selamat Datang Di Provinsi Jawa
Tengah”, menyambut kami 10 mahasiswa arkeologi UGM yang bermaksud
menaklukan Gunung Merbabu
Semua tampak menikmati
perjalanan, kecuali hendri gana dan saya,,, dibonceng di belakang membawa tas cariier dengan segala isinya yang
terus menempel di punggung membuat perjalanan ini terasa menyiksa. Beberapa
kali saya harus mengatur posisi tas
agar sesuai dengan lekuk punggung, tali tas sudah ditarik hingga batas
terpendek, tapi tetap saja, tas dengan tinggi hampir setengah badan ini
terasa
meremukan semua badan. Hendri lebih tersiksa, dibonceng ahmad yang
memilki
ukuran badan 3 kalinya, dan hanya disisakan sedikit tempat duduk, berapa
kali
dia harus merubah gaya duduk, serong kanan. serong kiri, miring
belakang, miring depan. kakinya di julurkan lalu dilipat lagi, tangannya
yang dililit “gelang dukun” tampak menahan tubuhnya yang sedikit miring
kedepan. Raut
mukanya yang "eksotik" dengan rambut jadulnya, tampak mengambarkan
betapa tersiksanya dia. Diantara kami
bertiga beban gana yang paling berat, tapi aneh, dia pula yang paling
terlihat
nyaman dan santai. Dibonceng lutfi dengan motor gede’, Gaya duduknya
tidak jauh
berbeda ketika dia duduk santai sambil megang rokok 76 dibangku ijo
kampus,,.!
Dia memang aneh,, Aneh sekali….
tahan mas |
lihatlah Tampangnya gana, begitu menyebalkan |
Tidak jauh dari Gerbang Masuk, disamping kiri
jalan tampak baliho besar dengan gambar candi Budha terbesar sejagat versi
Guinnes World Records. Ya, Candi Borobudur
salah satu world harritage UNSECO. Candi yang dibangun pada abad ke
delapan dengan luas 2.500 meter persegi ini, tidak hanya menjadi kebanggan masyarakat
tapi juga masyarakat dunia.
Sejenak saya berikir, Candi Borobudur
terlihat setelah kami melewati Gerbang masuk Prov. Jawa Tengah, berarti
Borobudur teletak di Tawa Tengah.,,, “oo tidak”,,, ternyata selama ini saya salah besar…! Menganggap Candi Borobudur terletak di Yogyakarta,,,o itu
buruk sekali.
Sebagai mahasiswa arkeologi itu pengalaman yang
buruk.. sepertinya untuk semester depan saya harus lebih memahami materi kuliah
arkeologi Hindu Budha…!!
Ditengah terik matahari yang sangat panas, motor kami terus melaju melintasi jalan raya
magelang. Tampak mobil pribadi dan bis-bis besar berjalan terseok-seok karena
terjebak macet. Ternyata tidak hanya di Jakarta, Benang kusut transportasi Indonesia yang tak pernah usai
itu juga sudah menjadi pemandangan biasa di derah ini.
Kurang lebih pukul 4.30 kami
mulai memasuki daerah selo. Suara cericit rem motor aji beberapa kali terdengar
ketika melewati jalan menurun dan berbelok. selo adalah kampung terdekat dengan
kaki gunung merbabu arah selatan…! Kondisi jalan kampung selo yang naik turun dan
berbelok, membuat motor bebek ini merengek-rengek dan memaksa kami harus turun,
berjalan kaki keatas sambil membawa tas cariier yang sungguh “terlalu berat”.
Berjalan dengan membawa tas besar dikampung selo, dengan pemandangan alam yang khas penggunungan dan diliatin warga setempat yang sedang asik bersantai menikmati suasana sore hari dihalaman rumahnya, membuat fikiran saya melayang ratusan kilometer ke sebuah daerah ditanah sunda. "Ciherang". Salah satu kecamatan di kabupaten cianjur namun lebih dekat kepada kawasan puncak Bogor.! Daerah yang saya kunjungi tahun 2010 yang lalu saat liburan ke puncak bogor.! Atsmosfer kehidupan di daerah Selo dengan Pepohonan besar yang tumbuh sepanjang jalan, suhu udara yang dingin, dan pemandangan menghijau dari perkebunan warga disepanjang lembah dan bukit, mengingatkan saya pada atmosfer kehidupan di Ciherang. semua tampak begitu sama.. Keramahan masyarakatnya pun sangat terasa. Cuman ada satu perbedaannya, di Ciherang saya mengucapkan “misi buk,pak”, maka masyarakatnya menjawab “mangga”
, tapi di kampung Selo, saya mengucapkan ‘misi buk.pak” maka masyarkatnya dengan cepat menjawab “monggo”.! Ya, Hanya satu kata yang membedakan kampung selo dan ciherang,, yaitu “a” dan “o” pada “mangga”dan “monggo”.
kami kembali menaiki motor karena kondisi jalan sudah sedikit menurun, telah diaspal namun belum permanen. hanya selang beberapa kelokan dan turunan kami pun sampai di "Basecamp pendakian Gunung Merbabu jalur selo"
Berjalan dengan membawa tas besar dikampung selo, dengan pemandangan alam yang khas penggunungan dan diliatin warga setempat yang sedang asik bersantai menikmati suasana sore hari dihalaman rumahnya, membuat fikiran saya melayang ratusan kilometer ke sebuah daerah ditanah sunda. "Ciherang". Salah satu kecamatan di kabupaten cianjur namun lebih dekat kepada kawasan puncak Bogor.! Daerah yang saya kunjungi tahun 2010 yang lalu saat liburan ke puncak bogor.! Atsmosfer kehidupan di daerah Selo dengan Pepohonan besar yang tumbuh sepanjang jalan, suhu udara yang dingin, dan pemandangan menghijau dari perkebunan warga disepanjang lembah dan bukit, mengingatkan saya pada atmosfer kehidupan di Ciherang. semua tampak begitu sama.. Keramahan masyarakatnya pun sangat terasa. Cuman ada satu perbedaannya, di Ciherang saya mengucapkan “misi buk,pak”, maka masyarakatnya menjawab “mangga”
, tapi di kampung Selo, saya mengucapkan ‘misi buk.pak” maka masyarkatnya dengan cepat menjawab “monggo”.! Ya, Hanya satu kata yang membedakan kampung selo dan ciherang,, yaitu “a” dan “o” pada “mangga”dan “monggo”.
kami kembali menaiki motor karena kondisi jalan sudah sedikit menurun, telah diaspal namun belum permanen. hanya selang beberapa kelokan dan turunan kami pun sampai di "Basecamp pendakian Gunung Merbabu jalur selo"
Basecamp ini
terbilang cukkup besar,
terdiri dari tiga ruangan. Satu ruangan, dibagian belakangnya dipakai
untuk tempat parkir motor dan bagian depan di isi beberapa
lemari kaca yang berisi souvenir-souvenir (cedra mata Gunung Merbabu).
souvenir ini sengaja dijual dan pasti konsumennya adalah para pendaki
ini. selain pin, gantungan kunci dan stiker, dijual juga beberapa
perlengkapan untuk mendaki,
seperti kaus tangan, kaus kaki, slayer, tali, istilah mapala dsb. dan
ruangan ke dua dan ketiga dipakai
untuk tempat istirahat dan penyimpanan semua perlengkapan. di ruagan ke
tiga,
sebelah pojok kiri disediakan dapur kecil . Selain untuk keperluan
memasak, dapur
tradisional yang hanya dilengkapi beberapa tungku dan kayu bakar ini, juga menjadi tempat alternative untuk
mengahangtkan badan ditengah dinginnya suhu udara di desa selo.. dihangatkan api tungku yang menyala, beberapa
pendaki terlihat sadang bercengkrama dengan penghuni rumah, ngobrol santai sambil menikmati
segelas kopi dan "ngudut" sebatang rokok, ! mereka tampak begitu menikmatinya,, Wuiihh
asik sekaliii..
sebelum mendaki, di basecamp ini kita harus meyelasaikan segala keperluan admisnistrasi.
mencatatkan nama lengkap, alamat dan no hp adalah bagian darinya. dan disini pula kita harus membayar tiket naik gunung merbabu. per orang Rp 5500 - 6000.
sebelum mendaki, di basecamp ini kita harus meyelasaikan segala keperluan admisnistrasi.
mencatatkan nama lengkap, alamat dan no hp adalah bagian darinya. dan disini pula kita harus membayar tiket naik gunung merbabu. per orang Rp 5500 - 6000.
--------------------------------
Awan mendung bergulung yang sejak
dari jogja menemani perjalanan kami, sedikit demi sedikit mulai tergeser oleh
sinar matahari senja. Ok, semua siap. Perlengkapan fix, kaus tangan, sepatu, tas carrier siap dipakai.
Semua kompak pake baju merah, kecuali saya. Baju biru boy. Ok yok berangkat.
Gana mana ?
"wOi, gana, ayo cepat".!!
"ya, ya aku siap,"
gana keluar basecamp dengan membawa tas carier yang berukuran jumbo, pakaiannya yang aneh sambil menebar senyumnya yang khas, bikin ana dian klepek-klepekan..! pakaiannya aneh sekali , bayangkan naik gunung pake baju batik dan celana pendek warna donker (tidak salah lagi itu adalah celana SMP nya dulu.) seumur-umur w baru kali ini melihat orang naik gunung dengan pakain seperti ini,,, aneh,, gana bener aneh.. aneh sekali
gana keluar basecamp dengan membawa tas carier yang berukuran jumbo, pakaiannya yang aneh sambil menebar senyumnya yang khas, bikin ana dian klepek-klepekan..! pakaiannya aneh sekali , bayangkan naik gunung pake baju batik dan celana pendek warna donker (tidak salah lagi itu adalah celana SMP nya dulu.) seumur-umur w baru kali ini melihat orang naik gunung dengan pakain seperti ini,,, aneh,, gana bener aneh.. aneh sekali
dua ritual rutin yang biasa dilakukan para pendaki sebelum start naik gunung adalah,, Foto dan berdo'a..! cllickk ,, clickk ....Aminnnn!
bersambunggg....
Comments