MANJAGO NAGARI LUBUK TAROK
"Mamak dangakan,, ratok kami ko…
Bajuak lah tangi,, yo nan taiboo.."
Mendengar, memamahi lalu mencoba untuk memaknai sejarah Leluhur membangun Nagari ini dari sudut pandang cerita manpun, baik yang dihilir maupun yang di mudiak, kita, Generasi saat ini benar-benar berada dalam masa yang amat gelap. Suatu masa yang mungkin bagi leluhur dahulu tidak pernah terfikirkan akan terjadi pada anak cucunya.
Silahkan berkisah dari perspektif manapun dan silahkan untuk terus berdebat siapa yang paling benar, antara kisah yang bersumberkan dari hilir atau kisah yang bersumberkan dari mudiak, tapi satu prinsip yang harus diingat, memahami dengan hati yang jujur dan fikiran yang jernih, sejatinya Nagari Lubuk Tarok bagi leluhur dahulunya adalah hasil kesepakatan damai yang amat bijak dari perselisihan dan perseteruan panjang empat kelompok dimudiak dan empat kelompok dihilir.
Singkatnya Nagari dahulu oleh leluhur menjadi pemersatu dari berbagai kelompok masyarakat yang terpisah..
Tapi kini, digenerasi ini, Apa yang terjadi? Nagari ini menjadi tempat perselisihan, persteruan, antar banyak kelompok dan suku. Beradu kepintaran yang membodohi dan kepintaran yang menyesatkan. Tempat perebutan gelar dan hak waris, tempat berselisih paham antar kampung, antar suku, antar rumah gadang hingga ke bagian terkecil dalam tatanan masyarakat kita, ya, dalam satu rumah. Kini Nagari sebagai tempat pengingkaran akan ajaran Agama, adat dan budaya serta nilai-nilai luhur yang ditanamkan oleh leluhur.
Berdalih untuk membangun nagari, menegakan kebenaran, tapi nyata-nyatanya jelas menghancurkan Nagari. Agama dilupakan, Tatanan adat dikoyak-koyak, nilai-nilai luhur yang dahulu diitanamkan oleh leluhur dilupakan hanya oleh karena kepentingan-kepentingan kecil itu.
Karena Sebagian Generasi Tua yang telah salah jalan maka dampaknya ke anak cucu kamanakan. lihat generasi muda Lubuk Tarok saat ini; memprihatinkan : kemerosotan moral, penyalahgunaan berbagai barang (ngelem, nyabu dan lain-lain), hubungan laki-laki dan perempuan yang tanpa batas hingga berujung pada hamil diluar nikah, parahnya bagi sebagian orangtua dan mamaknya ini sudah hal yangg biasa,
Hanya oleh karena keinginan dan hasrat buta sebagian kecil orang dari sekian banyak masyarakat kita, Nagari ini berada dalam masa paling gelapnya. Masa yang akan terus dingat oleh keturunan kita nanti sebagai lembaran hitam dalam perjalanan panjang Nagari ini.
Jika sudah begini, masih banggakah menyebut diri sebagai Datuk, Ninik Mamak, Penghulu, dan Masyarakat Minangkabau?
Ingatlah, Minangkabau bersandikan Syarak dan Kitabullah, serta mengajarkan untuk menghormati leluhur. Menghormati leluhur juga berarti menjaga dan terus menjalankan setiap ide, gagasan dan konsep kehidupan yang mereka bangun dahulu. silahkan berdalih kehidupan terus berkembang dan adat serta kebudayaan juga akan terus berubah, namun tidak berarti semua bisa dirubah, dihilangkan bahkan ditiadakan, cukup yang salah untuk dirubah tapi yang benar jangan sesekali dirubah, jika merebuh sesuatu yang benar maka kita semua sudah tahu akibatnya.
Cukup kesurupan, petaka, bencana yang berkepanjangan dan tanda-tanda tak biasa itu menjadi pengingat bagi kita. Mungkin sebagian berpendapat kejadian dan tanda-tada itu tidak ada kaitannya dengan keadaan Nagari Lubuk Tarok yang suram saat ini. Namun bagi kita yang Ber-Tuhan, ALlah SWT. Semua itu benar-benar nyata dan sangat dekat dengan kita.
Semoga kita tidak terlalu jauh melangkah dalam masa yang gelap ini. Segera untuk menyadari diri akan semua yang telah kita lakukan. semoga Allah Meridhoi kehidupan masyarakat Nagari ini. Sehingga Mereka, Para leluhur disana tersenyum melihat anak-cucunya hidup damai di Nagari yang tercinta ini.
Teringat lirik lagu Alm Pak Jorong Jambulipo, Bang I'.
Tango batu jo jambu lipo, itulah asa nagari
kito.
Niniak mamak urang pusako, Tenggang
kamanakan jo nagari ko.
Apek nan jatuh kapado adat alam diambiak
yo ka pusako.
Kalau nyo kito indak sepakat alamat Nagari yo
ka binaso.
Dek ulah mamak nan basangketo, Barabuik
gala dalam pusako.
Cucu kamanakan nan taaniayo, Bacando
rumpuik dilendo kudo.
Cucu kamanakan nan tanaiayo, Bacando
rumpuik dilendo kudo.
Mamak dangakan,, ratok kami ko…
Bajuak lah tangi,, yo nan taiboo..
Mamak dangakan,, ratok kami ko…
Bajuak lah tangi,, yo nan taiboo..
31 Desember 2014,
( ketika bumi berjarak 35.000 kaki, antara Pekanbaru-Jakarta, Citilink)
Salam Manjago Nagari Lubuk Tarok
Sultan Kurnia A.B Monti Rajo
Comments