AMBON: KONFLIK 1999 DAN KOTA MUSIK DUNIA



Ambon, 15-16 tahun yang lalu adalah daerah penuh konflik. Konflik berkepanjangan yang awalnya tersulut karena faktor ekonomi kemudian membara atas nama agama.

Salah satu konflik paling mengerikan yang pernah terjadi dalam sejarah kelam bangsa ini. Pembunuhan, penembakan, pengeboman hingga pembantaian merajalela di Tanah Pusaka.

Dalam kurun dua tahun konflik Ambon  membuat ratusan anak-anak menjadi yatim piatu, ribuan rumah hancur dan ratusan ribu orang hidup dalam trauma yang dalam. Trauma yang amat dalam sehingga membuat umat kristen dan islam bertahun-tahun berikutnya sangat was-was dan takut untuk hanya saling sapa dan mengunjungi.






Hingga pada tahun 2013 sebuah ide yang luar bisa muncul "Provokasi Damai" (dibuatkan film dokumenternya dalam Eagle award metro TV); para ulama dan pendeta mengajak umatnya masing-masing untuk saling menyapa, mengunjungi, bahkan menginap dan bercengkrama akrab. Kristiani menginap di keluarga muslim lalu muslim menginap di rumah kristiani. Itu dilakukan dalam waktu beberapa hari.

Dan alhamdulillah gerakan tersebut tampaknya menjadi salah satu solusi yang tepat dan cukup berhasil dalam menghilangkan trauma berkepanjangan selama ini. Setidaknya untuk hari ini, tampak wajah2 yang penuh semangat dan persaudaraan di antara mereka.

Sempat terpuruk di awal tahun 2000an karena dilanda konflik berkepanjangan, kini Ambon tampak mulai memperbaiki diri, sinar-sinar kejayaanya pada masa silam sebagai tanah pusaka hendak kembali dimunculkan. IBerbanding terbalik 360°, Ambon yang 15-16 tahun yang lalu dikenal sebagai daerah konflik penuh-cerita sedih dan menakutkan, kini mantap menatap masa depan yang bahagia dengan julukan Kota Musik Dunia.



Hingga malam ini tidak jelas siapa yang memberi julukan tersebut, serta apa dasar dan sebab Ambon juga ingin menjadi kota musik dunia. Bahwa Masyarakat Ambon menyukai musik itu jelas dari sejak dahulu kala. Tersebut banyak lagu asal Ambon kemudian populer bagi masyarakat Indonesia; Rasa Sayange, Beta Mati Rasa, dan Ayo Mama Jangan Marah Beta. Sesuatu yang tidak terlalu mudah tapi juga tidak terlalu sulit untuk di jawab.



Mengelilingi kota Ambon pada malam hari kita bisa sedikit menyimpulkan. Oh ini dia.  Di kota ini, musik dan lagu tidak lagi hanya terdengar dari dalam mobil atau rumah makan, malainkan hampir disetiap sudut kota. Di setiap gang dan pos ronda  disitu terdapat pengeras suara lengkap dengan pemutar CD serta semua pernak perniknya. Disitu kemudian masyarakat Ambon: anak-anak, muda tua bernyanyi berjoget bersama. Sekedar menikmati malam dan mungkin juga untuk menghilangkan sisa-sisa trauma masa silam.

Teringat sebuah lagu lama,,

"Dari Ujung Halmahera
sampai tenggara jau
katong samua basudara
satu nama satu gandong
satu suku,, maluku manise"



~Ambon, di suatu malam~

Comments

Popular Posts