Kerajaan Jambulipo: Sejarah, Wilayah dan Rajo Tigo Selo_Satu sub bab dalam tulisan Tata Ruang Pusat Kerajaan Jambulipo
Oleh: Sultan Kurnia A.B S.S., M.Soc., Sc.
Sultan.kurnia@mail.ugm.ac.id
Sejarah mengenai Kerajaan Jambulipo hingga saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Hal tersebut dikarenakan belum adanya bukti-bukti yang jelas seperti prasasti, naskah kuno dan sumber lainnya yang dapat menjelaskan awal mula berdirinya kerajaan serta raja-raja yang pernah memerintah. Kendati demikian, dalam dua dekade terakhir seorang Budayawan Minangkabau, A.R Chaniago melakukan penelitian mengenai sejarah Kerajaan Jambulipo dengan data etnografi. A.R Chaniago berpendapat bahwa Kerajaan Jambulipo merupakan salah satu kerajaan tertua di Minangkabau dan diperkirakan telah ada sejak abad ke-10 Masehi. Ia juga meyebutkan bahwa Jambulipo dahulunya merupakan nama daerah yang menjadi tempat tinggal raja-raja zaman Dharmasraya.
Dharmasraya merupakan nama daerah yang cukup terkenal di Sumatera bagian tengah ketika Agama Budha berkembang pesat pada awal abad ke-13 Masehi. Dharmasraya berada di sekitar hulu Sungai Batanghari, yaitu salah satu sungai terbesar di Pulau Sumatera dengan lebar sekitar 500 m dan panjang 800 km. Sungai Batanghari menjadi jalur transportasi dan perdagangan yang ramai di Pulau Sumatera bagian tengah kala itu (Soekmono, 1992: 40; Utomo, 1992: 178). Nama Dharmasraya tercatat dalam Kitab Nagarakertagama sebagai salah satu daerah yang menjadi tujuan pasukan Ekspedisi Pamalayu Kerajaan Singasari atas perintah Raja Kartanegara pada tahun 1275 Masehi (Soekmono 1992: 40; Utomo 1992: 175; Kusumadewi 2012: 4-5). Kini Dharmasraya merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang berjarak sekitar 60 km dari Nagari Lubuk Tarok sebagai pusat Kerajaan Jambulipo. Secara adat, sebagian nagari di Kabupaten Dharmasraya merupakan wilayah Kerajaan Jambulipo.
Kerajaan Jambulipo sebagaimana disebutkan dalam pepatah adatnya memiliki wilayah sebagai berikut:
Ba rantau 12 koto, Ba saluaik 12 tayiak, Batanghari batang rantau, Rantau 12 koto, amban basi Lubuak Ulang Aliang, Pasak malintang ka Sungai Kambuik Pucuak manjulai ka Pasimpai jo Siguntur (mempuyai rantau 12 koto dan 12 tayiak, Sungai Batanghari merupakan daerah rantaunya). Wilayah yang disebutkan dalam pepatah adat tersebutmerupakan nama-nama wilayah, kampung, dan nagari pada zaman dahulu. Dalam batas wilayah administrasi saat ini, sebagian besar wilayah kekuasaan Kerajaan Jambulipo berada di tiga kabupaten, yakni Sijunjung, Dharmasraya, dan Solok Selatan (Firman 2012: 716-717).
Konsep Rajo Tigo Selo
Kerajaan Jambulipo dipimpin oleh tiga orang raja yang terdiri dari Raja Alam, Raja Ibadat dan Raja adat. Konsep kepemimpinan tiga raja ini disebut dengan istilah Rajo Tigo Selo. Ketiga raja dipanggil dengan sebutan Tuanku Rajo Godang.
Rajo Alam
Rajo Alam memiliki gelar Bagindo tan Ameh, lengkapnya dipanggil Tuanku Rajo Godang nan di Bawah Pauh Bagindo tan Ameh Rajo Alam Jambulipo. Dalam petatah adat kedudukannya disebutkan Rajo Alam nan diam dikalambu suto, kapanunggui Kalambu Suto, kipe bersambung kida kanan, malam diambui angin lauik, siang diambui angin gunung (Raja Alam yang diam di Istana Kalambu Suto, dikipas setiap saat dari arah kiri dan kanan, malam dihembus oleh angin laut dan siang dihembus oleh angin gunung) (wawancara dengan Firman dan Sutan Syahril, 2016). Adapun nama-nama Rajo Alam yang telah bertahta di Kerajaan Jambulipo adalah sebagai berikut :
1. Dungku Dangka
2. Sutan Damik
3. Sutan Badu
4. Buayo Kumbang
5. Sutan Ledok nan Badarah Putiah
6. Nan Barambai (nan Basusu Duo Sabalah)
7. Sutan Kuat Panjang Lutuik
8. Tuangku Jambi
9. Sutan Pondok
10. Rajo Hitam nan Babirunguik
11. Sutan Lumar
12. Sutan Garak Alam
13. Rajo Ide
14. Firman (sekarang).
Rajo Ibadat
Rajo Ibadat bergelar Bagindo Maharajo Indo, lengkapnya dipanggil tuanku Rajo Godang nan Barantau Panjang Bagindo Maharajo Indo Rajo Ibadat Jambulipo. Rajo Ibadat juga secara khusus melakukan perjalanan ke daerah rantau ketika pelaksanaan upacara adat Rajo Manjalani Rantau (Wawancara degan Nasril Bagindo Bawang, 2016). Adapun nama-nama yang telah bertahta di Kerajaan Jambulipo adalah sebagai berikut :
1. Nan Basubang Lowe
2. Sutan Gombung
3. Nan Godang Pusek
4. Si Alif
5. Si Pandak
6. Si Kunik
7. Rajo Hitam
8. Karilahan
9. Umar
10. Sultani (sekarang). (Sumber: Nasril Bagindo Bawang, 2016)
Versi lain tentang nama-nama Rajo Ibadat adalah sebagai berikut:
Rajo Adat
Rajo Adat bergelar Bagindo tan Putiah, lengkapnya dipanggil Tuanku Rajo Godang nan di Sagarinik Bagindo tan Putiah Rajo Adat Jambulipo. Dalam pepatah adat, kedudukannya disebut Barantau ka Silongo Tinggi (wawancara dengan Yulihardi, 2016). Nama-nama Rajo Adat yang telah bertahta di Kerajaan Jambulipo dan jumlahnya belum diketahui hingga saat ini.
Comments