PETA SISWA, ARKEOLOGI DAN MENJELAJAHI INDONESIA
Selasa, 22 Agustus 2017.
di Suatu sekolah di Pedalaman Jawa bagian Tengah
"Bukan tentang sejauh mana perjalanan yang telah kau lalui, tapi tentang seberapa banyak pelajaran dan makna yang didapat atas perjalanan yang telah berlalu".
Ingat dulu ketika pertama kali mendaftar SNMPTN di jurusan Arkeologi UGM, niat terbesarnya bukanlah menjadi arkeolog sejati-sebagaimana pesan dalam lirik (lagu) mars arkeologi UGM itu. :)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
tak ada bayangan sedikit pun jika di Arkeologi akan belajar tentang homo-homo yang berbagai jenis itu, candi Hindu dan Budha, gerabah, kubur batu, apalagi tentang arkeologi bawah air. Sedikit pengetahuan hanyalah "arkeologi itu menjelajahi banyak daerah, naik gunung, masuk ke hutan belantara, menemui banyak suku pedalaman, dan mempelajari sejarah masa lalu. Yah itu, kesimpulannya jalan-jalan. Maka jelas lah niat terbesar mendaftar di Jurusan Arkeologi UGM saat itu adalah untuk menjelajahi Kepulauan (Indonesia) yang Luas ini. Sungguh itu niat yang sangat "mulia". :)
Tapi Itu dulu, saking dulunya sampai lupa akan niat yang "mulia"itu ketika bener2 telah menjalani hari-hari sebagai mahasiswa Arkeologi UGM, bahkan sampai di wisuda.
Dan kini, di SD ini, di pedalaman pulau Jawa bagian tengah, sebuah peta kecil dari krayon karya dua orang siswa mengingatkan kembali akan niat "suci" itu.
Peta kecil yang membuat fikiran jauh melempar masa ke belakang, mencoba merunut dan berhitung "Sudahkah niat suci untuk menjelajahi Nusantara yang luas itu tercapai, naik gunung, menjelajahi hutan belantara, menyelam dalamnya laut dan menemui masyarakat suku adat terasing?
Atau mungkin dulu hari2 hanya habis di kampus, masuk kelas, bikin paper, ikut ujian lalu wisuda?
Pandangan ku mengamati satu persatu nama kepulauan di dalam peta kecil itu. Berawal dari Jawa kemudian sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT, Maluku hingga Papua.
Alhamdulillah 4 tahun 7 bulan kuliah di UGM sebagai mahasiswa arkeologi semua terasa berlalu begitu cepat. Niat "mulia" dulu tanpa disadari sedikit terwujud, walau tak seperti para senior dan teman2 (arkeologi) lainnya yang punya wilayah jelajah lebih (maha) luas.
"Dari pedalaman Banten menyibak kehidupan masyarakat adat suku Baduy, hingga masyarakat adat kampung Naga di Tasikmalaya.
Dari ekspedisi Alas Purwo di Banyuwangi-hutan paling angker se tanah Jawa, hingga pulau Sempu- pulau kecil di selatan Jawa menghadap samudera Pasifik.
Dari dinginya Danau Bedugul di Bali sampai keindahan Gili Trawangan di Pulau Lombok.
Dari Eksotisnya kebudayaan dan alam Tanah Toraja hingga petualang menantang susur gua prasejarah di Maros Pangkep.
Dari Tragedi berdarah di Mesuji Lampung hingga luasnya kompleks Muara Jambi dankerasnya hidup di kota Industri-Batam.
Dari kokohnya benteng Vredeburg di Jogjakarta hingga indahnya senja di benteng Rotterdam-Pantai Losari Makassar.
Dari meriah dan penuh gengsinya PIMNAS di KENDARI hingga suara indah anak-anak Ambon di Pantai Natsepa, Ambon Manise.
Dari pinggiran laut-Kota Manado yang dikenal indah itu, sampai menawannya kehidupan bawah laut Bunaken.
Dari pulau rempah di Banda Neira hingga surga tersembunyi Pulau Bair di kota tual Maluku Tenggara.
Dari tenangnya kapal Boelongan di Teluk Mandeh Sumatera barat, hingga Kapal Indonoor di Karimunjawa. Dari Populernya Kapal US Liberty di Tulamben Bali, hingga misteriusnya Kapal Karam di Teluk Tahuna Sangihe Sulawesi Utara.
Hingga beberapa daerah lainnya, yang alhamdulillah diberi kesempatan untuk menjelajah dan belajar lebih banyak lagi.
Dan ats semua yang miash cetek ini, terima kasih pada semua semuanya, Dosen-senior dan seluruh warganing HIMA, atas semua ilmu dan pengalamannya. Perjalanan ini belum berakhir,,,,,,,
di Suatu sekolah di Pedalaman Jawa bagian Tengah
"Bukan tentang sejauh mana perjalanan yang telah kau lalui, tapi tentang seberapa banyak pelajaran dan makna yang didapat atas perjalanan yang telah berlalu".
Ingat dulu ketika pertama kali mendaftar SNMPTN di jurusan Arkeologi UGM, niat terbesarnya bukanlah menjadi arkeolog sejati-sebagaimana pesan dalam lirik (lagu) mars arkeologi UGM itu. :)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
tak ada bayangan sedikit pun jika di Arkeologi akan belajar tentang homo-homo yang berbagai jenis itu, candi Hindu dan Budha, gerabah, kubur batu, apalagi tentang arkeologi bawah air. Sedikit pengetahuan hanyalah "arkeologi itu menjelajahi banyak daerah, naik gunung, masuk ke hutan belantara, menemui banyak suku pedalaman, dan mempelajari sejarah masa lalu. Yah itu, kesimpulannya jalan-jalan. Maka jelas lah niat terbesar mendaftar di Jurusan Arkeologi UGM saat itu adalah untuk menjelajahi Kepulauan (Indonesia) yang Luas ini. Sungguh itu niat yang sangat "mulia". :)
Tapi Itu dulu, saking dulunya sampai lupa akan niat yang "mulia"itu ketika bener2 telah menjalani hari-hari sebagai mahasiswa Arkeologi UGM, bahkan sampai di wisuda.
Dan kini, di SD ini, di pedalaman pulau Jawa bagian tengah, sebuah peta kecil dari krayon karya dua orang siswa mengingatkan kembali akan niat "suci" itu.
Peta kecil yang membuat fikiran jauh melempar masa ke belakang, mencoba merunut dan berhitung "Sudahkah niat suci untuk menjelajahi Nusantara yang luas itu tercapai, naik gunung, menjelajahi hutan belantara, menyelam dalamnya laut dan menemui masyarakat suku adat terasing?
Atau mungkin dulu hari2 hanya habis di kampus, masuk kelas, bikin paper, ikut ujian lalu wisuda?
Pandangan ku mengamati satu persatu nama kepulauan di dalam peta kecil itu. Berawal dari Jawa kemudian sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT, Maluku hingga Papua.
Alhamdulillah 4 tahun 7 bulan kuliah di UGM sebagai mahasiswa arkeologi semua terasa berlalu begitu cepat. Niat "mulia" dulu tanpa disadari sedikit terwujud, walau tak seperti para senior dan teman2 (arkeologi) lainnya yang punya wilayah jelajah lebih (maha) luas.
"Dari pedalaman Banten menyibak kehidupan masyarakat adat suku Baduy, hingga masyarakat adat kampung Naga di Tasikmalaya.
Dari ekspedisi Alas Purwo di Banyuwangi-hutan paling angker se tanah Jawa, hingga pulau Sempu- pulau kecil di selatan Jawa menghadap samudera Pasifik.
Dari dinginya Danau Bedugul di Bali sampai keindahan Gili Trawangan di Pulau Lombok.
Dari Eksotisnya kebudayaan dan alam Tanah Toraja hingga petualang menantang susur gua prasejarah di Maros Pangkep.
Dari Tragedi berdarah di Mesuji Lampung hingga luasnya kompleks Muara Jambi dankerasnya hidup di kota Industri-Batam.
Dari kokohnya benteng Vredeburg di Jogjakarta hingga indahnya senja di benteng Rotterdam-Pantai Losari Makassar.
Dari meriah dan penuh gengsinya PIMNAS di KENDARI hingga suara indah anak-anak Ambon di Pantai Natsepa, Ambon Manise.
Dari pinggiran laut-Kota Manado yang dikenal indah itu, sampai menawannya kehidupan bawah laut Bunaken.
Dari pulau rempah di Banda Neira hingga surga tersembunyi Pulau Bair di kota tual Maluku Tenggara.
Dari tenangnya kapal Boelongan di Teluk Mandeh Sumatera barat, hingga Kapal Indonoor di Karimunjawa. Dari Populernya Kapal US Liberty di Tulamben Bali, hingga misteriusnya Kapal Karam di Teluk Tahuna Sangihe Sulawesi Utara.
Hingga beberapa daerah lainnya, yang alhamdulillah diberi kesempatan untuk menjelajah dan belajar lebih banyak lagi.
Dan ats semua yang miash cetek ini, terima kasih pada semua semuanya, Dosen-senior dan seluruh warganing HIMA, atas semua ilmu dan pengalamannya. Perjalanan ini belum berakhir,,,,,,,
Comments