Cerita di UNNES Semarang
“Selama jadi mahasiswa, Jangan sampai terlewatkan
kesempatan untuk belajar banyak dan mengalami hal-hal yang tak terduga dari
hasil belajar penelitian secara kolaboratif, 10.10”.
~~~~~~~~~
~~~~~~~~~
"Guru2 di kampus ( Arkeologi UGM), selalu
menekankan bahwa dalam melakukan penelitian arkeologi kita mesti 'Spatial
Mindset', artinya kurang lebih berfikiran yang luas; bukan hanya cangkupan
wilayah atau tema penelitiannya saja yang luas, tapi yang penting adalah
keluasan sudut pandang kita dalam melihat suatu kasus.
Katanya, hidup di dunia yang luas ini yang seakan
sudah tiada sekat dan batas, kita juga harus berfiirkiran luas, bahwa tidak ada
lagi sekat2 antar disiplin ilmu, semua sudah harus saling terkait, mesti
kolaborasi untuk menghasilkan riset yang lebih baik.
Untuk itu, di bangku Itam samping kampus- di kala
santai sore itu, Mas Sus pernah berkata (canda) ingin mengajak kami menyebut
diri sebagai "Homo Spatialensis". katanya dalam sejarah panjang
evolusi manusia, dari yang masih jalan jongkok sampai berdiri tegak, kini kita
telah sampai pada tipe manusia spatialensis (yang mesti berfikir spasial),
bukan lagi parsial.
Maka, bila dalam dua tahun ini mendapatkan kesempatan
belajar penelitian dengan spatial mindset, berkolaborasi dengan banyak teman di
jurusan lain, bukanlah suatu kebetulan. Itu adalah kesengajaan; yang lahir dari
kesadaran bahwa kita hari ini kita bertipe Homo Spatialensis.
Keasadaran yang lahir dari "doktrin2" dosen
di kampus (UGM) bahwa saat ini bila ingin meneliti, tidak lagi menggunakan
kacamata kuda yaitu kacamata satu arah (minjem istilahnya Mas Jajang Agus
Sonjaya) tapi mesti menggunakan banyak kacamata agar bisa melihat suatu kasus
dari berbagai sisi- sudut pandang.
Penelitian Bersama Tim Boelongan dan TIM Sangihe dua
tahun terakhir adalah pengalaman yang sangat berharga. Sungguh tidak ada
kerugian sama sekali untuk memulai belajar meneliti secara kolaboratif dengan
jurusan lain. jangan takut tidak kebagian jatah karena tim yang berasal dr
berbagai jurusan, atau takut didominasi jurusan lain.
Dari penelitian Kolaboratif setidaknya memberikan kita
kesadaran untuk tidak lagi bangga secara berlebihan pada ilmu masing-masing.
Sungguh setiap ilmu memiliki kelebihan serta kekurangannya, maka di situ kita
akan saling belajar dan menganggumi satu sama lain.
Selain hasil penelitian yang juga akan lebih
berkwalitas, berbobot, kompleks, penelitian yang kolaboratif juga akan membuka
kesempatan yang luas untuk publikasi di banyak tempat, ikut lomba di berbagai
ajang, seminar serta konferensi. Dan kalau sudah begini, masalah finasial akan
datang sendiri.
Terkhusus dalam lomba karya tulis, karya cipta,
sungguh keterlibatan banyak jurusan dalam menulis artikelnya lebih memiliki
daya tarik tak tertahankan, dibanding hanya ditulis sesama satu jurusan. Tim
Boelongan sudah membuktikannya. 10 Ajang: lomba, seminar, konfrensi, pameran
dan sayembara.
Itu pascanya, keuntungan saat pra penelitian
melibatkan berbagai disiplin ilmu dengan tema kajian yang luas adalah akan
banyak pihak dr bantak latar belakang yang tertarik untuk mendukung (sponsori)
kegiatan kita. Untuk ini, TIM Sangihe di kegiatan UGM Maritime Culture
Expediton sudah membuktikannya.
So, kawan2 di UNNES, masih berfikir untuk melakukan
penelitian dengan sesama jurusan saja?,, mohon sudahi saja fikiran itu.
Comments