*Pintar-pintarlah dalam Memilih Kegiatan Kepemudaan*
Pernah tertarik mengikuti kegiatan kepemudaan seperti bakti sosial, ekspedisi, pemberdayaan masyarakat atau penelitian ke berbagai daerah di Indonesia, tapi disuruh membayar donasi?
Kalau iya, berhati-hatilah.
Saya menulis ini setelah melihat semakin banyaknya teman-teman yang sebenarnya punya niat baik untuk terus belajar dan mengabdi pada negeri, tapi terjebak pada kegiatan yang sebenarnya "money oriented".
Saya menulis ini juga setelah sempat dihubungi salah satu Humas kampus besar di Indonesia, mereka menanyakan tentang kegiatan-kegiatan tsb, karena beberapa mahasiswanya yang telah mengikuti kegiatan-kegiatan tsb banyak yang protes, "Money Oriented sekali"
Awalnya saya tidak niat untuk menulis seperti ini, karena dulu berfikirnya "paling daya tarik kegiatan seperti itu tidak akan lama, bentar lagi semua orang akan tau belangnya ".
Tapi ternyata setelah dua tahun berlalu, sampai sekarang setiap melihat IG khususnya, poster2 yang identik dengan kegiatan seperti itu masih banyak bertebaran. Dan yang tertarik ikut kegiatan tsb juga semakin banyak.
Ok, langsung saja kegiatan seperti apa yang saya maksud? begini ciri-cirinya:
1. Bentuk dan tujuan kegiatan: Ekspedisi,
Pengabdian Masyarakat, bakti sosial, penelitian dan Lomba.
2. Lokasi:
Biasanya daerah-daerah yang selama ini terkenal sebagai tujuan wisata populer atau minimal punya objek wisata yang yang indah, seperti Natuna, Labuan Bajo, Bali, Lombok, Raja ampat, Maluku dll.
Pemilihan lokasi seperti itu, dimaksudkan agar banyak anak-anak muda yang tertarik untuk mendaftar.
3. Penyelanggara dan publikasi:
Biasanya kegiatan2 seperti ini dipublikasikan di media sosial, khususnya FB dan IG. Poster kegiatannya selalu menarik, penuh gambar dan pemandangan indah, tapi minim info ttg tema atau detail kegiatan yang akan dilakukan.
Calon peserta jg disuruh membayar uang pendaftaran. Kadang mereka memperhalus bahasanya menjadi Uang Donasi.
Kalau kegiatannya lomba, maka diposter itu dijanjikan hadiah yang menarik seperti uang tunai dan jalan2 ke luar negeri, tapi anehnya, tema dan info detail lomba sangat minim.
Sampai di sini bisa berfikir dulu, pihak mana yang sangat baik hatinya menjanjikan hadiah lomba berupa uang tunai dan jalan-jalan ke luar negeri, jika tema dan kebermanfaatan karya pemenang tidak jelas untuk apa?
Tanda-tanda lain bahwa kegiatan tsb lebih ke money oriented adalah pihak penyelanggaranya tidak jelas, mulai dari nama alamat dan kontak person semuanya tidak jelas dan sulit dicari identitasnya di google.
Biasanya mereka menggunakan nama-nama bernuansa semangat kepemudaan atau pemberdayaan masyarakat dalam bahasa inggris.
Jikapun ada nama dan logo penyelanggara ditulis di poster biasanya hanya ditulis kecil, sehingga sulit dibaca. Kadang juga ditempel berbagai logo organisasi atau perusahaan sebagai sponsor, tp lagi-lagi ukurannya kecil dan sulit terbaca. Hanya terkesan banyak dukungan, tp tidak jelas, hanya pencitraan.
4. Biaya pendaftaran:
Biasanya berkisar dari 50.000-200.000. Sebagai contoh kita ambil rata-rata 100.000.
Ada yang tau berapa orang yang mendaftar untuk satu kegiatan seperti ini?
Mungkin tidak ada yang tau persis, karena proses mendaftarnya secara online dan penyelanggaranyapun tidak memberitahu. disengaja. Karena disitu kunci bisnisnya.
Biasanya ada sekitar 2000-6000 peserta yang mendaftar untuk satu acara ekspedisi. Berapa uang masuk untuk penyelanggara? sebagai contoh kita ambil rata-rata 4.000.
Jadi 4000 orang x 100.000 (uang pendaftaran) = 400.000.000.
Sekarang berapa biaya ekspedisinya? biasanya tidak akan lebih 50% dari jumlah pemasukan.
Jadi begini. Dari 4000 org pendaftar, yang akan berangkat ekspedisi setelah proses seleksi (asal-asalan) biasanya hanya 100 orang, 50 atau ada yang hanya 25 orang.
Jika yang berangkat 100 orang saja dikali biaya perorang sekitar 2 juta untuk makan, trasportasi dan pelatihan maka total pengeluaran ekspedisi hanya 200.000.000. Lalu kemana sisa dr uang pendaftaran sebanyak 400.000.000 tadi? bisa ditebak sendiri.
Dalam setahun mereka bisa melaksanakan kegiatan yang hampir sama sampai 8 kali. Bisa dihitung berapa pendapatannya setahun.
Sudah begitu, pihak pinyelenggara juga akan menyuruh peserta yang sudah lolos seleksi untuk membuat proposal dan mengajukan dana ke banyak pihak termasuk pemerintah untuk membantu biaya ekspedisi. Sehingga biaya seperti penginapan dan transportasi lokal, serta makanan pokok, buku, pupuk, dan peralatan lain yang akan disumbangkan ke penduduk lokal nanti, tidak ditanggung penyelenggara. Jikapun penyelenggara yang tanggung, saya yakin tidak akan banyak. Karena prinsip mereka mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
5. Proses seleksi:
Proses seleksi ada yang dilakukan secara serius, artinya sesuai kompetensi calon peserta ada juga yang dilakukan asal-asalan tanpa pertimbangan yang jelas. Di sini, calon pendaftar mesti berfikir ulang, mengeluarkan uang 100.000 untuk ikut kegiatan yang tidak jelas seleksinya.
6. Waktu kegiatan: Biasanya tidak akan lebih 2 minggu, tapi rata-rata 1 minggu sudah termasuk waktu pulang pergi ke lokasi. Jika lokasinya di timur indonesia, pulang pergi habis 2 hari, maka waktu efektif di lokasi hanya 4 hari, kalau perjalanannya menggunakan kapal, waktu efektif bisa hanya 3 hari.
Pertanyaanya, pemberdayaan masyarakat, atau penelitian apa yang bisa dilakukan dengan waktu sesingkat itu? dari awal niat mereka memang bukan untuk memikirkan itu,, tapi bisnis.
Kadang penyelenggara juga meruubah-rubah jadwal tanpa alasan yang jelas, sehingga para peserta yang berasal dr seluruh indonesia akan kesulitan mengatur jadwalnya lagi. Maklum Pesertanya beragam profesi, bisa pelajar, mahasiswa, pegawai swasta bahkan dosen. Jika sudah sulit mengatur jadwal, maka akan ada peserta yang akan batal ikut. Ujung2nya yang jadi berangkat ke lokasi hanya 50% atau maksimal 75% dari peserta yang dinyatakan lolos. Intinya, Semakin berkurang biaya untuk peserta yg berangkat,, semakin bertambah untungnya penyelanggara.
~~~
Pada akhirnya saya tidak menuduh siapa2 dalam hal ini, dan juga tidak melarang teman2 untuk mendaftar mengikuti kegiatan2 seperti itu. Tapi melalui tulisan ini, saya berharap teman2 lebih berfikir panjang dan mencari tau lebih mendalam mengenai kegiatan yang akan diikuti.
Sekarang lagi keren2nya, lagi rame2nya, dan lagi semangat2nya anak-anak muda Indonesia untuk malukukan program pemberdayaan masyarakat, penelitian, lomba dan bakti sosial apalagi kegiatannya di daerah2 kepulauan yang indah.
Sebuah kemajuan dari semangat anak muda Indonesia yang selama ini dituduh apatis terhadap negeri ini. Tapi semangat itu, dimanfaatkan menjadi ladang bisnis bagi sebagian orang.
Jadi pintar-pintarlah dalam memilih kegiatan teman2.
Comments